Powered By Blogger

Rabu, 23 November 2011

LAPORAN STUDI KASUS ( HERNIA )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi prima, maka segala aktivitasnya terganggu seperti makan, minum, aktivitas yang biasa dilakukan sendiri tetapi saat sakit semua menjadi tidak dapat dilakukan sendiri.
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini semakin besar, sehingga meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap perawatan yang berkualitas. Maka sebagai perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat memberikan pelayanan dengan baik. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini juga harus didukung dengan peningkatan pemberian perawatan pada klien penderita penyakit bedah. Salah satu diantaranya adalah penyakit Hernia.
Hernia merupakan salah satu penyakit yang seringkali ditemui pada penderita penyakit bedah. Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga normal melalui suatu bagian pada dinding perut, baik secara kongenital maupun didapat (Arief Mansjoer, 2000:313). Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan lapisan muskulo aponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (Hidayat, 2004)
Penyebab dari hernia adalah tekanan pada daerah intra abdomen yang terlalu kuat sehingga terbukanya sekat inguinal, bisa saja factor kogenital dan usia lanjut. Tekanan yang kuat misalnya, mengangkat beban berat, mengedan yang kuat dan batuk kronik. Tekanan yang terlalu kuat yang terjadi di dalam abdomen yang terus menerus mengakibatkan defek melemah dan mengakibatkan isi di dalam abdomen keluar melalui celah tersebut.
Tanda dan gejalah adalah terdapat benjolan yang hilang timbul, timbul bila terjadi peningkatan tekanan abdomen seperti mengangkat beban berat, mengedan dan batuk kronik, hilang waktu istirahat baring atau tidur. Adapun gejalah nyeri yang hebat apabila benjolan itu menetap, karena terjepit cincin hernia dan sumbatan pada pada saluran pencernaan, telah mempengaruhi gangguan vaskularisasi.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien biasanya baik, pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipatan paha, atau pada skrotum dalam posisi berdiri dan berbaring, palpasi ditemukan konsistensi benjolan dan diperiksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukan kembali atau tidak. Pada keadaan strangulata akan timbul gejalah ileus, nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah. (Arief Mansjoer, 2000 : 315) dan pada pemeriksaan radiologi (USG adanya gambaran hernia).
Komplikasi yang terjadi tergatung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia, apabila terjadi perlengketan pada isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukan kembali. Keadaan ini disebut hernia ireponibilis, isi hernia adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya menjadi lebih besar karena inflitrasi lemak. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan isi usus diikuti dengan gangguan vaskularisasi, keadaan ini disebut hernia strangulata (Arief Mansjoer, 2000 :315).
Diagnosa banding dari hidrokel hernia adalah berdasarkan letaknya yaitu hernia inguinalis, hernia umbilicus, hernia femoralis, hernia diafragma, hernia skrotalis. Berdasarkan sifatnya hernia reponibel dan ireponibel, berdasarkan tingkatan hernia inkerserata dan hernia strangulate berdasarkan terjadinya hernia kongenital dan hernia yang didapat.
Penatalaksanaan hernia yaitu dengan pengobatan konservatif terbatas pada tindakan reposisi dan pemakian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dapat dilakukan pada hernia inguinalis strangulata. Tindakan konservatif terbatas pada anak, dilakukan dengan kompres air es pada lipatan paha, posisi anak trendelenburg, lalu dilakukan reposisi, setelah 6 jam apabila tidak masuk kembali maka terapi konservatif dianggap gagal. Dengan demikian tindakan satu – satunya adalah pembedahan (herniatomi) untuk mengembalikan organ dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi kembali, apabila terjadi strangulata tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadi nekrosis usus.
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan post herniatomi adalah gangguan rasa nyaman nyeri, resiko tinggi infeksi, resiko tinggi defisit volume cairan, resiko tinggi terhadap keruskan integritas jaringan / kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi. Berdasarkan masalah keperawatan dapat memprioritaskan masalah yang akan mengancam nyawa, mengancam kesehatan dan tumbuh kembang.
Intervensi gangguan rasa nyaman nyeri adalah bina hubungan saling percaya antara klien dan perawat, rasionalnya hubungan saling percaya yang baik akan membantu dalam kemudahan dalam memberikan asuhan keperawatan, kaji lokasi nyeri, catat karakteristik nyeri, skala nyeri. Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat dan kemajuan penyembuhan. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler. Rasional menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang. Anjurkan pada klien untuk melakukan teknik distraksi dan relaksasi. Rasionalnya: mengalihkan perhatian agar dapat mengurangi nyeri. Kolaborasi pemberian obat analgetik. Rasional obat analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.
(Doenges, 1999).
Intervensi resiko tinggi defisit volume cairan, kaji intake dan output per 24 jam, rasionalnya mengetahui status balance cairan, kaji turgor kulit dan membran mukosa, rasionalnya mengkaji status hidrasi, kaji TTV rasionalnya sebagai data dasar mengetahui keadaan pasien, pertahankan terapy cairan intravena sesuai indikasi, rasionalnya mempertahankan status cairan tubuh, dan anjurkan peningkatan intake cairan peroral, rasionalnya mempertahankan status cairan. (Doenges, 1999)
Intervensi resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit, Kaji atau catat ukuran, kedalaman luka , perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi luka, rasionalnya tindakan ini akan memberikan informasi dasar tentang proses penyembuhan dan petunjuk untuk mengambil tindakan. Lakukan perawatan dengan mengunakan teknik aseptic untuk mencegah kontaminasi silang, rasionalnya mempercepat penyembuhan. Bersihkan luka dengan larutan normal salin, rasionalnya dapat membantu membuang sel – sel mati dan mengurangi jumlah bakteri.
Intervensi resiko tinggi infeksi, Kaji tanda – tanda vital yaitu demam dan menggigil. Rasional: dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis. Lakukan perawatan luka yang yang baik dan teknik aseptic. Rasional menurunkan resiko penyebaran bakteri. Kolaborasi berikan antibiotic secara indikasi. Rasional menurunkan mikoorganisme dan menurunkan penyebaran serta pertumbuhan kuman.
Intervensi kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan post operasi. Intervensi kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang penyebab hernia dan prosedur pengobatan dan pembedahan, rasionalnya data dasar untuk pemberian intervensi selanjutnya jelaskan pada klien tenteng tujuan dan manfaat dari setiap tindakan yang dilakukan kepada klien, rasional meningkatkan pengetahuan untuk mencegah dan penanggulangan, Jelaskan pentingnya nutrisi dan cairan dalam tubuh, rasional dengan asupan nutrisi yang bergizi mempercepat proses penyembuhan luka. Anjurkan untuk mempertahankan area insisi dengan personal hygiene rasionalnya mencegah infeksi, berikan penyuluhan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Rasional meningkatkan pengetahuan klien
(Doenges, 1999)
1.2 Tujuan penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien post herniatomi, dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan post herniatomi.
2. Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian.
3. Mahasiswa dapat menyusun rencana tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa yang ditegakkan.
4. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan yang sudah ditetapkan.
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
1.2.3 Batasan penulisan
Laporan ini dibagi dalam 3 BAB yaitu:
Bab I pendahuluan, yang menguraikan latar belakang, permasalahan dan peran perawat, tujuan penulisan, metode penulisan dan batasan penulisan.
Bab II adalah studi kasus dan pembahasan. Dalam studi kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Dalam pembahasan, penulis melaporkan tentang kesenjangan antara teori dan praktek dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Bab III adalah penutup merupakan rangkaian penulisan yang berisikan kesimpulan dan saran dari penulis. Sedangkan hal – hal lain yang merupakan lampiran dari penulisan ini adalah patofisiologi, tinjauan kasus nyata, satuan acara penyuluhan, limflet dan format konsul.
1.2.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus.




BAB II
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

2.1 Studi Kasus
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, perawat perlu melakukan pengkajian melalui wawancara, pengamatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Informasi diperoleh dari klien, catatan medik dan keluarga klien. Untuk mendapat gambaran pada kasus Tn. D.T.K dengan diagnosa Hernia Inguinalis lateralis dekstra strangulate, maka dilakukan studi kasus di Ruang Bedah RSUD dr. T.C. Hillers Maumere pada tanggal 09 Agustus 2010, jam 09.00 wita.
2.1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data yang sistemik berhubungan dengan klien dan masalahnya (Doenges, 1999). Pengkajian meliputi pengumpulan data dan penganalisaan data.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 09 Agustus 2010 jam 09.00 klien berinisial Tn. D.T.K umur 54 tahun, jenis kelamin laki–laki, agama Khatolik, alamat Misir, pendidikan SMP, pekerjaan wiraswasta, masuk rumah sakit tanggal 05 Agustus 2010, sumber informasi yang diperoleh dari klien sendiri, keluarga dan catatan medik, penanggung jawab klien sendiri.
Riwayat kesehatan, keluhan utama klien mengatakan sakit di daerah operasi pada perut kanan bawah, keluhan lain yang menyertai klien merasa badannya panas dan sudah 4 hari belum mandi, menyikat gigi, dan mencuci rambut tapi hanya dilap saja.
Riwayat penyakit sekarang klien mengatakan pada hari Kamis, tanggal 05 Agustus 2010 jam 13.00 saat kilen mengangkat dos berat berisi kertas, tiba – tiba terasa sakit yang hebat pada perut kanan bawah (sela paha), kemudian klien jatuh pingsan, selanjutnya klien langsung diantar ke RSUD dr. T.C Hillers Maumere, klien dioperasi pada tanggal 5 Agustus 2010, menggunakan anastesi umum.
Pada saat pengkajian klien mengatakan sakit di daerah operasi (perut kanan bawah), wajah klien nampak meringis kesakitan, selalu memegang perut dan nampak berhati – hati saat bergerak. Klien mengatakan badannya terasa panas, klien nampak bertanya tentang keadaannya. Klien mengatakan sudah 4 hari belum mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut.
Riwayat kesehatan masa lalu, klien mengatakan 3 tahun yang lalu klien pernah dioperasi di Malaysia karena penyakit yang sama. Klien tidak ada alergi obat apapun. Riwayat kesehatan keluarga Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini tetapi hanya batuk pilek biasa.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan klien nampak lemah dan berbaring diatas tempat tidur, kesadaran klien komposmetis, yang ditunjuk dengan hasil pengukuran GCS diperoleh nilai total 15, dimana respon membuka mata 4, respon berbicara 5, dan respon motorik 6. Tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 37,80c, nadi 80 x/menit, kuat dan teratur, pernapasan 22x / menit, konjungtiva merah mudah, sklera putih, bibir nampak kering, klien nampak kotor, gigi dan lidah nampak kotor, rambut kusam, ada luka operasi pada perut kanan bawah, panjang luka 10 cm dan jumlah jahitan 6 x.
Wajah meringis kesakitan kalau saat bergerak, skala nyeri sedang 4–6, klien selalu memegang perut saat bergerak, klien selalu berhati – hati saat bergerak, ditemukan nyeri tekan pada perut kanan bawah, bising usus 18 x/ menit.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 08 Agustus HB : 12,5 gr %, HT : 34 %, LED 30 mm, leukosit : 12.400 /µL dan trombosit: 175.000 /µL, limfosit :12, 0 %, monosit: 3,3, granulosit:84%, glukosa sewaktu 122 mg / dl, SGOT : 44 U/L dan SGPT : 31 U/L. pemeriksaan radiologi kesan yaitu nampak hernia inguinalis lateralis dextra strangulate.
Therapi yang diperoleh saat pengkajian cefadroxsil 2 x 1 tablet perhari, ibu profen 2 x 200 mg, dan paracetamol 2 x 1 tablet, diberikan kalau panas.


b. Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian, maka diperoleh data subyektif: klien mengatakan sakit didaerah operasi pada perut kanan bawah, klien mengatakan sakit saat ditekan. Data Obyektif: klien nampak meringis kesakitan, skala nyeri sedang (4), klien selalu memegang perut saat bergerak, klien selalu berhati – hati saat bergerak. Pemeriksaan tanda – tanda vital tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi : 78 x / menit, suhu: 37,8 0 c, pernapasan: 22x/menit. Masalah keperawatan adalah gangguan rasa nyaman nyeri.
Data subyektif klien mengatakan badannya panas, data obyektif pada pemeriksaan suhu: 37,8 0 c dan pada pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Agustus hasil laboratorium leukosit: 12.400/µL. Masalah keperawatan adalah terjadinya infeksi akibat luka pembedahan.
Data subyektif klien mengatakn pernah menjalani operasi pada 3 tahun yang lalu karena penyakit yang sama. Data obyektif klien nampak bertanya tentang keadaanya. Masalah keperawatan kurang pengetahuan.
Data subyektif klien mengatakan sudah 4 hari dia belum mandi tapi hanya dilap saja. Dari hasil pengamatan menunjukan klien nampak kotor, kuku panjang dan kotor, rambut kusam, lidah dan gigi nampak kotor. Masalah keperawatan adalah kurangnya perawatan diri.

2.1.2 Diagnosa keperawatan
Berdasarkan analisa data tersebut maka dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan yaitu: gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan yang ditandai dengan data subyektif: klien mengatakan sakit didaerah operasi pada perut kanan bawah, klien mengatakan sakit saat ditekan. Data obyektif: klien nampak meringis kesakitan, skala nyeri sedang (4), klien selalu memegang perut saat bergerak, klien selalu berhati – hati saat bergerak. Pemeriksan tanda – tanda vital, tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 78 x / menit, suhu: 37,80c, pernapasan: 22x/menit.
Terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan yang ditandai data subyektif: klien mengatakan badannya panas, data obyektif pada pemeriksaan suhu: 37,8 0c dan hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Agustus hasil laboratorium leukosit:12.400/µL.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi, yang ditandai dengan, data subyektif klien mengatakan pernah menjalani operasi pda 3 tahun yang lalu karena penyakit yang sama, data obyektif klien nampak bertanya pada perawat tentang keadaannya.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan tindakan pembedahan yang ditandai dengan data subyektif: klien mengatakan sudah 4 hari belum mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut, data obyektif klien nampak kotor, kuku panjang dan kotor, lidah dan gigi kotor, rambut nampak kusam.
2.1.3 Perencanan keperawatan
a. Prioritas diagnosa keperawatan
Pada tahap awal untuk menentukan prioritas masalah ada tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu masalah yang mengancam jiwa, masalah yang mengancam kesehatan dan masalah yang mengancam tumbuh kembang. Berdasarkan kasus nyata pada klien Tn.D.T.K, dirumuskan prioritas diagnosa keperawatan sebagai berikut:
Diagnosa I: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan yang ditandai dengan data subyektif: klien mengatakan sakit didaerah operasi pada perut kanan bawah, klien mengatakan sakit saat ditekan. Data obyektif: klien nampak meringis kesakitan, skala nyeri sedang (4), klien selalu memegang perut saat bergerak, klien selalu berhati – hati saat bergerak. Pemeriksan tanda – tanda vital tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 78 x / menit, suhu: 37,80c, pernapasan: 22x/menit.
Diagnosa II: Terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan yang ditandai dengan data subyektif: klien mengatakan badannya panas, data obyektif pada pemeriksaan suhu: 37,8 0 c dan hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Agustus hasil laboratorium leukosit: 12.400 /µL.
Diagnosa III: Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi, yang ditandai dengan data subyektif klien mengatakan pernah menjalani operasi pada 3 tahun lalu karena menderita penyakit yang sama, data obyektif klien nampak bertanya pada perawat tentang keadaanya.
Diagnosa IV: Kurang perawatan diri berhubungan dengan tindakan pembedahan yang ditandai dengan data subyektif: klien mengatakan sudah 4 hari belum mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut, data obyektif klien nampak kotor, lidah dan gigi kotor, rambut nampak kusam.
b. Goal dan obyektif
Dalam perencanaan keperawatan harus sesuai dengan tujuan keperawatan yakni goal dan obyektif. Diagnosa I goal: klien akan menunjukan nyeri kurang atau hilang, obyektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan: klien tidak meringis kesakitan, sakit berkurang, nyeri ringan (skala 2), klien tidak memegang perut saat bergerak.
Diagnosa II goal: klien akan menunjukan bebas dari tanda – tanda infeksi. Obyektif: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan tidak ada tanda–tanda infeksi.
Diagnosa III: goal : klien akan menunjukan peningkatan pengetahuan, obyektif setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 30 menit maka klien mengerti tentang, penyebab penyakit, pengobatan, pembedahan dan perawatan.
Diagnosa IV: goal klien akan menunjukan perawatan diri maksimal. Obyektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien akan nampak bersih, dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
c. Intervensi dan Rasional
Dalam memberikan asuhan keperawatan harus memperhatikan intervensi dan rasional. Intervensi secara teoritis dan disesuaikan dengan kasus yang ditemukan oleh Tn.D.T.K.
Diagnosa I: bina hubungan saling percaya antara klien dan perawat, rasionalnya hubungan saling percaya yang baik akan membantu dalam kemudahan dalam memberikan asuhan keperawatan, kaji lokasi nyeri, catat karakteristik nyeri, skala nyeri. Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat dan kemajuan penyembuhan. Anjurkan klien untuk menarik napas dalam, rasionalnya meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri, alihkan perhatian klien dengan bercerita, rasionalnya perhatian klien tidak berfokus pada nyeri. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler, rasional menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang. Kolaborasi: berikan obat analgetik sesuai indikasi, rasional mengurangi nyeri.
Diagnosa II: kaji area luka, keadaan, luas luka serta kaji tanda – tanda infeksi. Rasional mengidentitikasi masalah dan pedoman dalam pemberian intervensi selanjutnya. Observasi tanda – tanda vital, rasional peningkatan suhu menunjukan adanya infeksi. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan diri khususnya daerah sekitar luka, rasionalnya, menghindari kontaminasi infeksi pada daerah luka akibat kontaminasi dengan daerah sekitar luka. Ganti verban sesuai aturan dengan menggunakan teknik aseptic, rasional: Verban yang lembab merupakan media kultur untuk pertumbuhan bakteri dan dengan mengikuti tekhnik aseptic akan mengurangi resiko kontaminasi bakteri. Ganti stik laken, atau sprei secara teratur setiap kali kotor, rasionalnya mencegah kontaminasi silang, Cuci tangan yang benar sebelum dan setelah merawat pasien, menggunakan sarung tangan steril (hand Scond) bila menyetuh darah atau cairan tubuh ketika merawat klien. Rasional: tindakan perlindungan khusus membantu mengurangi resiko infeksi nosokomial, tindakan pencegahan tersebut melindungi klien dan perawat. Kolaborasi berikan antipiretik yang ditentukan jika terdapat demam. Rasional: Antipiretik memperbaiki mekanisme termostatik dalam otak untuk mengatasi demam. Kolaborasi: berikan antibiotik, rasional menurunkan mikoorganisme dan menurunkan penyebaran serta pertumbuhan kuman.
Diagnosa diagnosa III kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang penyebab hernia dan prosedur pengobatan dan pembedahan, rasionalnya sebagai data dasar untuk pemberian intervensi selanjutnya, jelaskan pada klien tentang tujuan dan manfaat dari setiap tindakan yang dilakukan kepada klien, rasionalnya meningkatkan pengetahuan untuk mencegah dan penanggulangan, jelaskan pentingnya nutrisi dan cairan dalam tubuh, rasional dengan asupan nutrisi yang baik mempercepat proses penyembuhan luka. Anjurkan untuk mempertahankan area insisi dengan personal hygiene rasionalnya mencegah infeksi, berikan penyuluhan dengan bahasa yang mudah dimengerti, rasional meningkatkan pengetahuan klien.
Diagnosa IV: Diskusikan dengan klien kebutuhan aktifitas perawatan diri yang diperlukan serta aktifitas yang menimbulkan nyeri, rasionalnya pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas klien dalam perawatan diri, dorong perawatan diri dan sediakan waktu yang adekuat bagi pasien, rasional meningkatkan perasaan harga diri dari keputusan berikan tindakan perawatan diri, rasional memberikan rasa nyaman kepada klien.
2.1.3 Implementasi
Dilaksanakan berdasarkan diagnosa keperawatan masing – masing, diagnosa I: pada hari senin tanggal 09 Agustus jam 08.00 membina hubungan saling percaya antara perawat, klien dan keluarga, dengan cara memperkenalkan diri dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan. Hasilnya klien dan keluarga menerima kehadiran perawat. Jam 09.00 mengkaji adanya keluhan, karakteristik nyeri dan lokasi nyeri. Hasilnya klien mengatakan sakit pada daerah operasi pada perut bagian kanan bawah saat bergerak, skala nyeri 4, Jam 09.18 mengobservasi tanda – tanda vital hasil tekanan darah 110/ 70 mmHg. Nadi: 78x / menit, pernapasan: 22x /menit, dan suhu: 37, 8 0 c. Jam 09.20 menganjurkan klien untuk menarik napas dalam. Hasil klien menerima anjuran mau mengikuti anjuran yang diberikan dan bersedia melakukannya. Jam 09.30 menganjurkan klien tidur setengah duduk. Hasil klien tidur dalam posisi semi fowler. Jam 12.00 melayani klien minum obat ibu profen 1 tablet. Pada hari selasa 10 Agustus membantu klien bangun dan menganjurkan teknik relaksasi saat nyeri, hasil: klien nampak rileks dan mengatakan sakit semakin berkurang jam 06.30 melayani klien minum obat ibu profen 1 tablet. Hasil klien mengatakan mau minum obat.
Diagnosa II: Senin, tanggal 9 Agustus 2010, jam 09.00 mengkaji adanya tanda – tanda infeksi pada luka opersai. Hasil luka tertutup kasa, tidak ada tanda kemerahan dan bengkak pada luka. Jam 09.00 mengobservasi suhu, hasil suhu: 37, 8 0 c. Jam 09.15 melayani klien minum obat paracetamol 1 tablet, hasil klien mau minum. Jam 09.25 mengkaji daerah luka, hasil panjang luka kurang lebih 7 cm, jumlah jahitan 6 kali. Jam 10.00 merawat luka dengan teknik septic menggunakan alat – alat steril. Hasil: luka dirawat, nampak bersih, kering dan ditutup kasa. Jam 12.00 melayani klien minum obat cefadroksil I tablet, hasil klien mau minum obat.
Hari Selasa, 10 Agustus 2010, Jam 07.00 mengobservasi TTV, hasilnya TD: 110/70mmHg, nadi: 80 X/menit, Suhu: 36,80c, pernapasan: 22x/menit. Jam 07.30 melayani klien minum obat cefradoxil hasil klien mau minum obat.
Diagnosa III: jam 07.00 mengkaji pengetahuan klien terhadap penyakit, pengobatan dan perawatan, hasil klien mengatakan ia tahu penyakitnya karena pernah dioperasi, tapi klien tidak mengikuti anjuran yang diberikan oleh perawat, klien selalu melakukan pekerjaan berat. Jam 11.00 memberikan penuyuluhan tentang hernia. Hasil: klien dan keluarga mengerti apa yang dijelaskan. Jam 11.45 mengajurkan pada klien untuk selalu makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup dan tidak boleh melakukan pekerjaan berat walau sudah sembuh, karena ini operasi yang kedua kalinya.
Diagnosa IV: jam 09.00 menanyakan pada klien tentang aktivitas, hasil: klien mengatakan semua aktivitas belum bisa dilaksanakan dengan baik karena masih rasa sakit pada daerah operasi. Jam 09.30 menjelaskan pada klien bahwa pentingnya perawatan diri, hasil: klien nampak mengerti dan mau mengikuti anjuran perawat
Jam 10.00 merapikan tempat tidur pasien, hasil tempat tidur tampak rapi dan klien nampak tidur nyaman.
Hari Selasa, tanggal 10 Agustus 2010, jam 06.00, memandikan pasien, membantu menggosok gigi, dan menyisir rambut klien, hasil: klien nampak bersih dan rapih. Jam 06.30 menggantikan sprei yang sudah kotor, hasil: tempat tidur nampak bersih dan rapih klien nampak tidur nyaman.
2.1.4 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan pelaksanaan atau implementasi terhadap masalah – masalah keperawatan pada kasus Tn. D.T.K maka tahap terakhir dalam proses keperawatan adalah melakukan evaluasi untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan. Evaluasi dalam bentuk SOAP, dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2010.
Diagnosa I dilakukan pada hari selasa jam 12.00 dengan hasilnya S: klien mengatakan rasa sakit pada daerah operasi sudah mulai berkurang O: skala nyeri (2), wajah klien nampak rileks, tanda – tanda vital: TD: 110/70mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan: 22x/menit dan suhu 36,80c, A: Masalah sudah teratasi P: intervensi dihentikan, pasien pulang.
Diagnosa II, pada hari selasa jam 12.00, diperoleh data sebagai berikut S: klien mengatakan tidak panas lagi, O: luka nampak tertutup dan nampak bersih dan sudah kering, tidak ada tanda – tanda infeksi, observasi suhu: 36, 8 0 c, A: masalah sebagian teratasi, untuk selanjunya klien control di poliklinik untuk aff benang. P: intervensi dihentikan klien pulang.
Diagnosa III dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Agustus 2010 jam 12.00 S: klien mengatakan ia nampak mengerti dengan penjelasan, klien mengatakan mengikuti semua anjuran, O: klien nampak paham A: masalah teratasi, P: intervensi dihentikan dan klien pulang.
Diagnosa IV, dilakukan pada pada hari selasa tanggal 10 Agustus 2010 jam 12.00 diperoleh data sebagai berikut S: Klien mengatakan dia sudah bisa bangun sendiri dan melakukan aktivitas ringan, O: klien nampak bersih dan rapi, rambut nampak rapi, A: masalah teratasi, P: intervensi dihentikan, klien pulang klien pulang.
2.2 Pembahasan
Pembahasan adalah unsur yang paling penting dalam penyusunan laporan, dimana penulis akan menguraikan kesenjangan antara konsep teori dengan kasus nyata. Pendekatan yang dilakukan adalah sesuai dengan pendekatan proses keperawatan yaitu dimulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, menyusun rencana tindakan, melakukan implementasi keperawatan dan evaluasi. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan diatas, maka penulis akan menguraikan temuan yang dihadapi selama menjalani asuhan keperawatan pada pasien post herniatomi, Tn. D.T.K yang dirawat di Ruang Bedah, kelas II RSUD dr.T.C Hillers Maumere.
2.2.1. Pengkajian
Pada pengkajian menurut Doenges ( 1999) dan Arief Mansjoer pada pasien post herniatomi ditemukan tanda dan gejala, perubahan volume cairan, nyeri, infeksi akibat luka pembedahan,kerusakan integritas kulit, kurangnya pengetahuan. Pada pasien Tn.D.T.K hanya ditemukan gejala nyeri, adanya infeksi, kurang pengetahuan dan kurang perawatan diri. Hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
2.2.2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat pada kasus ini tidak semuanya pada teori Doenges. Menurut Doengoes (1999) masalah keperawatan yang muncul pada pasien post herniatomi adalah infeksi, kurang volume cairan, nyeri, kurang pengetahuan dan gangguan integritas kulit. Pada kasus nyata Tn. D.T.K adalah, diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan rasa nyaman nyeri, resiko tinggi infeksi, kurangnya pengetahuan dan kurangnya perawatan diri. Hal ini menunjukan bahwa terdapat beberapa perbedaan antara teori dan kasus nyata. Masalah keperawatan yang tidak ditemukan dalam kasus nyata seperti resiko tinggi defisit volume cairan , gangguan integritas kulit, karena pada saat dikaji klien sudah mendapat pengobatan ± 4 hari. Dan adapun masalah yang tidak ditemukan dalam teori doenges yaitu masalah kurang perawatan diri.
Dalam penentuan diagnosa yang dijadikan prioritas masalah adalah masalah yang mengancam nyawa, mengancam kesehatan dan mengancam tumbuh kembang. Pada kasus Tn. D.T.K proritas masalah yang diangkat adalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan karena nyeri selalu dikeluhkan pasien, dan mempengaruhi aktivitas dalam perawatan diri.
2.2.3 Perencanaan Keperawatan
Perencanaan, tujuan dan kriteria, evaluasi pada dasarnya tidak ditemukan adanya kesenjangan karena pada umumnya pada kasus nyata selalu dirujuk kembali ke dalam tinjauan teoritis yang disesuaikan dengan keadaan klien.
2.2.4 Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi sesuai rencana yang dibuat sesuai teori. Pada diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri, resiko tinggi infeksi, kurangnya pengetahuan dan kurangnya perawatan diri. Semua intervensi diimplementasikan karena dengan tindakan keperawatan dapat mengatasi gangguan rasa nyaman nyeri, resiko tinggi infeksi, kurangnya pengetahuan dan kurangnya perawatan diri.
2.2.5 Evaluasi
Pada kasus nyata Tn. D.T.K tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata pada diagnosa yang diangkat. Setelah dilakukan tahap implementasi maka tahap akhir dalam proses keperawatan adalah melakukan evaluasi untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan. Menurut Doenges (1999), diagnosa keperawatan pada diagnosa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan hasil yang diharapkan adalah klien akan menunjukan nyeri kurang atau hilang. Pada kasus nyata diagnosa keperawatan ini masalahnya teratasi karena klien menunjukan nyeri berkurang, skala nyeri 2. Jadi pada diagnosa ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata dalam mengatasi masalah klien.
Pada diagnosa actual terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan. Pada diagnosa ini kriteria yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi. Dengan tidak meningkatnya suhu tubuh, tidak ada bengkak dan kemerahan pada darah luka operasi dan tidak meningkatnya sel darah putih. Pada kasus nyata diagnosa keperawatan ini masalahnya teratasi karena luka nampak kering tertutup, tidak merah dan bengkak, dan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Pada diagnosa keperawatan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, saat diberikan penyuluhan klien nampak mengerti dan mau mengikuti anjuran, pada kasus nyata diagnosa ini masalahnya teratasi.
Pada diagnosa kurang perawatan diri berhubungan dengan tindakan pembedahan hasil yang diharapkan adalah klien nampak bersih, klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri. Pada kasus nyata diagnosa ini teratasi karena klien bisa melakukan aktivitas ringan dalam perawatan diri secara mandiri.









BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui bagian yang lemah, dari dinding rongga bersangkutan. Penyebab dari hernia adalah karena tekanan pada daerah intra abdomen yang terlalu kuat sehingga terbukanya sekat inguinal, bisa saja terjadi karena faktor kongenital, dan faktor usia lanjut. Tanda dan gejala sebagai berikut adanya benjolan, benjolan hilang timbul, nyeri, lemah, dan pusing. Penatalaksanaan akan penyakit ini salah satunya adalah tindakan operasi, oleh karena itu perlu adanya asuhan keperawatan post herniatomi.
Dalam asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan atau implementasi dan evaluasi. Pada penanganan post herniatomi perlu kerjasama antara klien, perawat dan keluarga sehingga mempercepat proses penyembuhan. Untuk itu, perawat perlu memberikan penyuluhan pada klien dan keluarga tentang hernia yang dilakukan setelah operasi dan upaya yang dilakukan setelah pulang ke rumah.
Pada Tn. D.T.K pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan sangat minim, hal ini dibuktikan dengan klien pernah masuk rumah sakit dan pernah dioperasi pada 3 tahun yang lalu tetapi karena tidak mengikuti anjuran yang diberikan oleh dokter dan perawat, sehingga penyakitnya kambuh kembali dan masuk rumah sakit.
Pengkajian pada kasus Tn.D.T.K dilakukan dengan data fokus dan data penunjang lainnya. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan post operasi hernia ada dalam teori (M.E.Doengoes.1999) namun diagnosa pada Tn. D.T.K diagnosa keperawatannya mengacu pada masalah aktual dan diagnosa lainnya yang dimalifikasikan sebagai respon klien terhadap penyakit hernia.
Perencanaan pada umumnya dilakukan sesuai dengan intervensi. Penatalaksanaan pada diagnosa keperawatan yang sudah ditegaskan perlu ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan yang berkelanjutan dengan melibatkan keluarga. Evaluasi terhadap semua asuhan umumnya berjalan sesuai perencanaan. Masalah sudah teratasi pasien pulang.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan untuk selalu meningkatkan pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan kepada penderita hernia yang telah dioperasi, memberikan penyuluhan, pendidikan untuk perawatan, pencegahan, pengobatan untuk mencegah agar tidak dioperasi kembali.
3.2.2 Bagi rumah sakit
Diharapkan rumah sakit dapat menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, peralatan pembedahan dan perawatan luka, lingkungan yang sehat, penyuluhan gizi, sehingga klien dapat memahami dan mengikuti semua anjuran yang diberikan, dengan tidak menderita penyakit yang sama.
3.2.3 Bagi klien dan keluarga
Diharapkan klien untuk selalu mematuhi setiap pengobatan, mengikuti semua anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan selalu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dengan banyak membaca, meningkuti penyuluhan yang membahas tentang hernia dan masalah kesehatan lain. Anggota keluarga diharapakan untuk selalu memberikan dorongan dan motivasi dalam mendukung kesembuhan klien.














DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2.Jakarta: Media Aesculapius
Doenges, E.Marillyn. 1999. Rencana asuhan keperawtan. Edisi 2. Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC
http://nugealjamela.blogspot.com/, akses tanggal 12 Agustus 2010
http//www.medicastore.com,akses tanggal 12 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar